SEMACAM PERPISAHAN*

Di antara pohon dan semak-semak
diiringi bunyi ranting terinjak
kau tuntun aku ke jembatan rapuh:
……….“sengaja tempat rapuh ini ingin
……….kuperlihatkan padamu.”
Tadinya ragu menyeberang, aku
tabah melangkah kemudian, memang-
semacam perpisahan.

Memang, semacam perpisahan tapi
ternyata kau bersenandung ringan:
……….telah kau terima sepenuhnya
……….tanpa tawar menawar takdir ini
……….karena terlalu percaya kepada karma?
Di bawah rentang langit, ladang kiri, ladang kanan
di jalan sepi daerah pertanian, anjing menyalak
dari jauh, terganggu deru kendaraan lewat
kita termangu tegak, sebelum berbalik arah
memang selalu cemas terlalu jauh melangkah

Bukit-bukit, sungai, alam yang hangat
dalam rengkuhan yang paling akrab
kau mengeluh: “ah, jangan bergerak.”
kau sentuh ringan dengan kembang
dengan tangkai pipamu dalam-dalam
(bibirmu adalah bibirku)
semacam rangkaian mantra:
……….bingkai perpisahan membuat semua
……….yang terakhir selalu
keluh dan teluh:
……….supaya saat-saat yang tidak dapat tempat
……….dalam usia rapuh, dalam hidup tersendat
……….melimat-, dalam keabadianMu.
—————————————————-

WANITA

……..untuk Ajeng

hari ini minggu pagi kulihat tiga wanita tadi
berjalan lambat karena kainnya kain berwiru
meninggalkan rumah depan menuju jalan
terlentang antara pohon palma berderetan

jari hati-hati memegang wiru kataku
sedangkan tangan lincah mengelus rambut rapi
kenakalan kerikil menggoyahkan tumit selop tinggi
belum lagi angin melambaikan selendang warna warni

menengok ke kiri ke kanan mereka berhenti gelisah
karena kain berwiru dan bertumit tinggi, rambut
terbelai angin dan panas matahari, —becak lalu—
mereka segera musyawarah suaranya tinggi

nada-nada tinggi tawar-menawar rupanya dimulai
entah mengapa kasak-kusuk terhenti, ternyata—
bung becak mengayunkan kakinya lagi dan mereka
asyik dan riang akhirnya tidak tampak olehku lagi

meninggalkan halaman depan agaknya mencari rindang
deretan pohon sepanjang jalan, asyik dan riang
gerak, warna, irama rapi membawa kesungguhan
arisan pada minggu pagi ini—

wanita…

berapalah kemesraan sepanjang umur
tiada berlimpah tiada mencukupi
karena kau dengan tak acuh, tidak peduli
membawa pilu yang tak tersembuhkan dan
tak kau sadari, tak kau sadari
—————————————————-

TAMAN KANAK-KANAK

mengapa bukan kesegaran adegan yang kita nikmati?
dua anak kecil-rapi menggenggam
tas sekolah, berjalan, kepala tertunduk
menyepak-nyepak kerikil dengan gairah

pandangan ibu turutkan mereka
…..sedang tunduk berjalan
pandangan ibu tanpa senyum mengiringi

mula-mula ada memang senyum dalam hati
tapi jejak kecil akan menempuh
jalan masih begitu lama dan panjang nanti

tak ada senyum itu lagi, diserap
oleh aliran kecil khawatir jadi
kewalahan luas dan pilu
ular-ular hitam cemas menjalar, berpangkal
pada risau hati ibu yang bisu

pandangan yang tak dapat menelan
keheranan kembali:
…..bahwa untuk si kecil pun
…..begitu segera saat-saat tiba
yang tak dapat ditangguhkan lagi
—————————————————-

MANIFESTO

aku tuntut kalian
ke pengadilan, tanpa pihak yang menghakimi
siapa tahu, suap-menyuap telah meluas menjulang
…..sampai ke hakim tertinggi
siapa jamin, ia tak berpihak sejak semula
karena dunia, pula semesta, pria yang punya

sejak saat itu—sejak hawa jadi bunda
ah, sudah lama sebelumnya
kecut hatimu menyaksikan kebesarannya
induk agung, yang melejitkan turunan
makhluk-makhluk kecil, buta, telanjang—
putus digigitnya tali pusar, dijilat bersih
disusukan saksama, kemudian
diajarkan di seantero jagad raya
begitulah mamalia dipersiapkan
bagi darwin dengan pertarungan hidupnya

perkara kecil membelenggu wanita dengan
tetek bengek yang malah disyukuri olehnya
…..secara serius, dungu, dan syahdu—
sementara itu—karena memang kerdil, takabur
dalam kelicikan—kau menggigil kekhawatiran
lalu
tanda jasa—status ayah—kau sematkan di dada
tanpa ditunjang fakta biologis barangkali
tidak apa, demi warisan, ego dan
…..kelangsungan evolusi

kemudian kau dekritkan: wanita itu pangkal dosa
sebungkah daging, segumpal emosi
sekaligus imbesil dan bidadari
dilipat jari kaki, dikunci pangkal paha
dicadari, gerak-gerik dibebani menjadi
…..tari lemah gemulai
ia tertunduk karena salah, gentar, patuh
…..mengecam diri
dan akhirnya boleh juga, ia dimanja
…..sekali-kali

lalu seperti anak-anak keranjingan, bukankah
…..bahaya dan pengganggu telah disingkirkan
kau sibukkan diri dengan permainan:
sepak bola, biliar, gulat dan perang jihad
ilmu, teknologi karena bebas kreatif
…..perang, polusi, proton, neutron
pingpong antara Moskow, Peking dan Washington

gemetar tak sabar, ingin perang-perangan
sementara menunggu saat saling memusnahkan
laut dikuras, sungai-danau diracuni
lapisan ozon digerogoti, sampah konsumen
ke mana dibuang—percuma
…..itu urusan para antariksawan
bumi itu kue enersi yang halal dibagi-bagi
pada pesta ulang tahun, dengan lilin yang nyala
…..—sumbu bencana—
lalu menyanyi panjang usianya
memang, upacara memberi khidmat, seperti
diplomasi, jadi sandi-sandi
yang semakin sulit untuk dipahami

kepada anak-anak ini
berbaju seragam, bertanda bintang, berjubah hitam
…..dengan wejangan, retorik, agitasi
telah kita percayakan nasib bumi

makhluk-makhluk kerdil, diburu kecemasan kastrasi
hanya kenal satu bencana riil: impotensi
membusungkan dada lewat psikoanalisa, karena
…..solidaritas mafia dengan bapa di sorga
akhirnya merestui emansipasi wanita

aku tuntut kalian
sekali lagi, —saatnya mungkin terlambat sudah
perang telah berkecamuk, ekosistem telah buyar
pengungsi di mana-mana, menipu, lapar, terkapar
dan diplomasi jadi lawakan, yang sungguh
…..tak lucu lagi
sementara
kami telah diam cukup lama, berkorban demi
…..egomu dan sekian banyak abstraksi
apa wanita kini harus selamatkan dunia
tiba-tiba pembangunan jadi urusan kami juga!

kalian telah kehilangan gengsi
seperti badut yang tunggang langgang lari
dalam bencana akhirnya panggil ibu juga
tapi—
demi anakku laki-laki
…..tuntutan aku tarik kembali
dan jadi pengkhianat—atau—
…..memang karena sudah terlambat.
—————————————————-

SELESAI

suatu saat toh mesti ditinggalkan
dunia yang itu-itujuga
—api petualangan cinta telah pudar—
bayang-bayang mimpi, senyum
…..tanpa penyesalan kini
beberapa peristiwa ditinggalkan
…..asap urai ditelan awan

beberapa nama, beberapa ranjang
beberapa tinta mengalir dan terbuang
…..—mengapa tidak?!—
menyeka debu dari buku, menemukan
…..coretan yang hampir musnah
jadi permainan yang hampir hilang ketegangannya

dunia ini nyata, suatu penemuan!
dunia ini nyata, suatu keheranan!
keheranan dan penemuan jelmakan
…..benda-benda mesra

bola usang dan beruang tercinta
sepatu merah yang telah lepas-lepas
…..kulitnya,

dunia ini nyata
sebentar lagi anak-anak pulang
…..dari pesta
—————————————————-

PENUNDAAN

karena usia yang lebih tua, dari
…..tak lebih dari itu saja
kesabaran, kuharapkan
…..suatu kemustahilan?
karena lebih menimang-nimang waktu
jadi malahan lebih terburu-buru
…..siapa tahu, perhitungan
hanya beda satu-dua minggu

suatu saat kita baja dengan dinding
dinding logika akan menyerah dan arus
…..akan deras menyambar,
membawa ke mata air di mana hidup
lebih penuh dengan degup yang lebih nyata
…..syaraf dan serat
digenangi oleh getar bianglala

meskipun satu per satu bata dan nisan
endapan dari sekian peran dan laku
ditumpuk-tumpuk –
…..untuk menghalangi jalan
tidak, ini kali akan tenang bijaksana
mempertimbangkan segala kemungkinan:
bahwa hati kita rapuh, dan kehilangan itu
terlalu melanda, satu cengkeraman hampa
…..sudah kuketahui sejak lama

bahwa angin selalu timbul, menganyam
pola-pola gemilang, susul-menyusul disulam
dengan khayal, diwarnai isyarat, ini
…..pula tak asing lagi

dinding akan rapuh hancur
oleh deras arus melingkar karena bendungan
…..akhirnya kita buka juga

karena itu kau, karena usia dan karena
memang lebih tahu tentang dunia, tinggalkan
…..perhitungan dengan waktu, biar
kulepas permainan laut dan bulan, kini
menikmati kota untuk jangka tidak terlalu lama
…..untuk segera, toh meninggalkannya
—————————————————-

JAKARTA

Jakarta
tidak aman bagiku selalu
terungkap lagi segala yang lalu
betapa ‘kan kuredakan kepedihan ini
betapa kerinduan
keharuan ini adalah

kepedihan cerah cuaca luas
…..menggetarkan siang hari yang biru
menggetar pula jaringan luka-luka beku
yang telah ditimbun dengan kenangan
dengan kenangan, kenangan selalu

kerinduan panas hari yang menyilau
…..merangsang uap dan debu
pada bayang-bayang sejuk di taman hening
tergolak rasa menyeluruh
tersingkap akhirnya pada takdir

keharuan malam yang menyesakkan
…..malam tiada membawa harap
tidak tergenggam kepiluan hati
tidak terjawab pertanyaan
oleh lentera malam di jalanan senyap

kusangka sejarah bergerak maju
betapa beda Salemba dahulu
tetapi
Jakarta
Selalu…
—————————————————-

COCKTAIL PARTY

meluruskan kain-kain baju dahulu
meletakkan lekat sanggul rapi
lembut ikal rambut di dahi
…..pertarungan dapat dimulai
berlomba dengan waktu
dengan kebosanan, apa lagi
…..pertaruhan ilusi
seutas benang dalam taufan
amuk badai antara insan

taufan? ah, siapa
yang masih peduli
tertawa kecil, menggigit jari adalah
…..perasaan yang dikebiri
kedahsyatan hanya untuk dewa-dewa
tapi deru api unggun atas
…..tanah tandus kering
angin liar, cambukan halilintar
…..mengiringi

perempuan seram yang kuhdapi, dengan
garis alis dan cemooh tajam
…..tertawa lantang –
aku terjebak, gelas anggur di tangan
tersenyum sabar pengecut menyamar –
…..ruang menggema
dengan gumam hormat, sapa-menyapa
dengan mengibas pelangi perempuan
itu pergi, hadirin mengagumi

mengapa tergoncang oleh cemas
dalam-dalam menghela napas, lemas
…..hadapi saingan dalam arena?
kata orang hanya maut pisahkan cinta
tapi hidup merenggut, malahan maut
…..harapan semu tempat bertemu

itu pun hanya kalau kau setuju
keasingan yang mempesona, segala
tersayang yang telah hilang –
…..penenggelaman
dalam akrab dan lelap
kepanjangan mimpi tanpa derita
dan amuk badai antara insan?
gumam, senyum dan berjabatan tangan
————————————————–

KE PELABUHAN

benarkah setiap senja
matahari masih terbenam juga
kasihku?

pernah kupelajari, sudah sekian waktu
yang lalu, bahwa bulan mengitari
dunia, dan dunia matahari –

bulan, yang bagai mangga kemuning
menyandarkan diri pada awan-awan
yang bergerigi
dan matahari terbakar merajai hati
sewaktu mobil menyusur kali dan kali
mengalir ke laut, lautan luas –

benarkah setiap senja?

karena sebelah kiri hanya tampak
nyala jingga langit merenggut-renggut lambaian bendera
dan cakrawala dirembeti gubuk-gubuk, rapuh dan kelabu

benarkah begitu; bahwa
suatu saat matahari dan lautan
akan bersentuhan, dan berjanji

bagai kedahsyatan yang menghilang
dan akan kembali lagi